jalak emas berkokok

berderai-derai bersorak sorai
menghamun pak kaduk
memaki saudagar mimpi

berdehem lantang berpidato
jalak emas serak menjerit
bersorak melambai ibu ibu yang bergelang emas
berjurai mutiara di luar purdah
dengan tawa dan senyum sinis

sengih si bandot masih macam dulu..
pasti ada habuan ku nanti
duit rakyat duit ku jua
biar jalak emas dengan rancangannya
asal pulus untuk cicit tak berkurangan..

berkokok biar kedengaran
tak perlu mengembek
kerana bunga segar berwarna merah samar juga sering menjeling
bunga bunga juga ingin menjadi datin muda..
biar rakyat lapar .. asal kami kenyang

Lelah Ralat

Izrail bertandang
tubuh kejang nafas hilang
jasad harum stangi bermawar segala
berselimut putih dilapis lapis
dijulang julang diusung usung diarak arak keliling
...ditasbih di solat di doa ramai ramai

dikarunkan berkeranda
mengiring hadap pada kiblat
dengan dakapan lahad tanah liat
agar mungkar dan nangkir bisa tanya
janji janji jasad pada yang Esa..

sedang kerabat handai menghidu juadah tahlil..

soalan kesetiaan

ralat meredah keyakinan setia..
ditanda soal dan disukat timbang
di persimpanan antara mungkir dan mungkar
pada ijab hati dan janji yang diwartakan agung
hajat untuk bermunajat pada bayu-bayu nafsu

lalu salahkan aku
untuk santaian hati mu yang munafik..
menimbus amalan lereh mu
menyelimut khianatmu
dan kesetian yang semakin kelam

bicara tanpa suara

tinta yang mengalir dipersada
memahat rasa dari sucinya hati
menyiram resah yang gah di kalbu
agar bisa mengerti naskah naskah terpendam...
meski sebak pada penghujungnya..

biru dan merah

berdiri ku mengah
malu terdedah
bila biru jadi merah
tika bukti jahil tak disangah

simpohnya resah
sendunya parah
bila ijab jadi taruhan
mendera zuriat tanpa belaian

bila biru jadi merah
tuli telinga dek amarah
syair dusta menari rentak kalbu
ketawa iblis berdekah dekah

mengah ku mendamba risau
entah bila bicara ku didengar
moga sendu mu bisa memadam amarah dia..

... teater bidadari

kelu lagi menilai firasat

antara teater dan sandiwara semberono

pelakun barongannya masih dia diselubungi mega kemenyen

destinasi kuda kayangan nya masih dikelamkan lembayungan

pewarisan kejahilan tetap itu..

mencipta dusta pada redup senja

tingkah sumbang di pentas aksara melalu kompang ghairah

bagai bidadari yang murni berselendang

membuang wali dan memperakal suami

menghelah bodoh hati-hati yang tersungkur di kaki cintanya

membaja durjananya kasih kekasih dengan airmata olok-olok

buat fatamogana riwayat yang senyum

menawar belaian indahnya cumbuan berselindung tangisan intan

biarku lihat pengakhiran teater ini..

apa ada balasan tuhan.

..mencari dosa ...

di daerah akal ku terumbang
tamalluk pada bara bicara
mencicip gurisan nada
berkaca merenung langkah

menyeksa ukiran kalbu
mencipta amarah keliru
bungkam terindahnya citra
nafsu tarraghub terlarang

lalu
meniti salju cair
menakik bahtera
agar tenggelam di lahar
terendam tanpa pengakhiran masa